Story Petani Jagung ...


Petani jagung dari tahun ke tahun mengalami transformasi yang luar biasa khususnya tentang cara mereka dalam meraih hasil panen yang maksimal. Proses-proses yang dilakukan mengalami perubahan yang membaik dari waktu ke waktu seiring dengan edukasi yang terus dipelajari dan diterapkan. Tahun 2008 ke bawah petani jagung masih menerapkan cara-cara yang boleh dikatakan usang. Tidak menggunakan pupuk sama sekali dalam merangsang serta memberi nutrisi untuk pertumbuhan jagung. Berikutnya dari sisi jenis jagung, dulu hanya jagung ketan dan putih yang di tanam dan itupun hanya untuk dikonsumsi..

Jagung pada saat itu bernilai sebagai salah satu cara menjalin silaturahmi antar keluarga tetangga rumah maupun tetangga ladang. Masih ingat saat itu ketika panen jagung tiba, orang yang bukan keluarga dekatpun diajak untuk menikmati jagung di ladang, bercerita tentang banyak hal juga tentang sisilah keluarga. Ketika pulang tiba akan diberikan juga jagung sekarung ataupun seikat. Rasa kekeluargaan tumbuh dan terawat pada saat itu.

Setalah tahun 2010 ke atas, jagung mulai diperhitungkan sebagai komoditi unggulan, pabrik-pabrik pengeringan dan gudang jagung tumbuh diberbagai daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pupuk-pupuk mulai disubsidi dan bibit-bibit jagung dibagi ke beberapa kelompok tani. Masyarakat terus teredukasi baik dari penyuluh pertanian maupun dari pengalaman mereka sendiri. Para petani mulai merasakan manfaat bertani dan menjadi salah satu mata pencahrian tahunan yang sangat menjanjikan. 

Ekonomi masyarakat tumbuh, pendapatan per kapita khususnya di kabupaten Bima Dompu diperkirakan tumbuh hingga 120%. Perkiraan ini bukan tanpa bukti, dulu membeli mobil atau truk adza hanya sebuah mimpi bagi petani-petani di sini. Sekarang dalam sekali panen jagung adza mobilpun mudah terbeli. Adanya pertanian jagung ini tidak hanya memberi lapangan kerja di NTB saja namun juga di NTT Khususnya Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya.

Migrasi orang-orang NTT ke NTB dalam membantu memanenkan jagung memberi manfaat mutualisme bagi petani Jagung di NTB. Para petani jagung yang biasanya hanya mampu bertani 40kg sekarang bisa sampai 100 kg. Hama yang menjadi musuh utama dalam bertani jagung bisa dimusnahkan dan dimanfaatkan oleh mereka. Sistem sama-sama untung inilah yang membuat para petani jagung terus membuka lahan hingga  lupa  masalah di hilir seperti Banjir. 

Menurut seorang pekerja jagung dari NTT jumlah mereka yang datang  ke NTB sampai 10.000 lebih orang. Mereka bekerja sejak Februari sampai Juli dan bisa membawa pulang uang dengan rata-rata 40jt per orang. Itu berarti 400 Milyar rupiah lebih pendapatan pekerja-pekerja untuk keluarga mereka. Lalu bagaimana dengan pemilik lahan? pastinya lebih dari itu. Pendapatan terbaik seperti itu diharapkan bisa berjalan lurus dengan peningkatan pendidikan untuk anak-anak mereka. Karena perubahan itu banyak dipengaruhi oleh tingkat serta kualitas pendidikan.







Pada akhirnya hasil dan proses tersebut mau tidak mau harus kita terima karena berdampak baik bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat. Di sisi lain Pemda dan Masyarakat harus sadar bahwa selalu ada kerusakan di setiap ada Kebaikan. Menjaga dan mengedukasi serta mencari solusi agar pendapatan mereka tetap meningkat namun kerusakan bisa diminimalisir bahkan bisa direcovery. 



Comments